PERCOBAAN
III
Sifat
Kimia Senyawa Klor
Tanggal : Selasa, 2 Oktober 2012
I. Tujuan
- Mengetahui kelarutan dan
stabilitas garam klorida
- Mempelajari pembentukan kompleks
logam transisi dengan ion klorida.
II. Dasar Teori
Unsur-unsur halogen dapat diidentifikasi warn adan sifatnya. Misalnya Cl:
berupa gas kuning kehijauan pada suhu kamar, non-polar, kelarutan dalam air
kecil dan larut dalam pelarut non-polar.
Semua halogen dapat mengoksidasi air
menjadi gas O2 dan bukan merupakan oksidator kuat. Larutan halogen
tidak stabil karena cenderung mengalami auto-oksidasi atau auto-reduksi, proses
ini disebut disporposionasi:
2 Cl2(aq) + 2 H2O
HClO(aq) + 2HCl(aq)
Pada
reaksi tersebut Cl2 mengalami reaksi reduksi dan reaksi oksidasi.
Pemutih klorin (bleaching agent) mengandung larutan hipoklorit (NaOCl). Ion ClO
merupakan suatu oksidator, daya oksidasinya sama dengan klorin namun ion ClO
berbeda dengan Cl- sebab asam hipoklorit, HclO adalah asam lemah dan
ion ClO- adalah basa yang cukup kuat.
Klor digunakan secara luas dalam
pembuatan banyak produk sehari-hari. Klor digunakan untuk menghasilkan air
minum yang aman hampir diseluruh dunia. Bahkan, kemasan air terkecilpun sudah
terklorinasi.
Klor
juga digunakan secara besar-besaran pada proses pembuatan kertas, zat pewarna,
tekstil, produk olahan minyak bumi, obat-obatan, antiseptik, intektisida,
makanan, pelarut, cat, plastik, dan banyak produk lainnya.
Ion klorida
membentuk endapan dengan ion-ion Ag+, Pb+, dan Hg+
berperan sebagai igan dalam pembentukan kompleks yang diambil melalui perubahan
warna dan melarutnya endapan atau padatan.
Kebanyakan
klor diproduksi untuk digunakan dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi,
pemutihan kertas, desinfektan dan proses tekstil. Lebih jauh lagi, klor
digunakan untuk pembuatan klorat, kloroform, karbon tetrakorida dan ekstraksi
brom.
Pemutih klorin
(bleaching agent) mengandung larutan hipoklorit (NaOCl), ion ClO-
merupakan suatu oksidator, daya oksidasinya sama dengan klorin namun ion ClO-
berbeda dengan Cl‑ sebab asam hipoklorit, HclO adalah asam lemah dan
ion ClO- adalah basa yang cukup kuat, sedangkan Cl-
mempunyai sifat netral dan merupakan basa konjugasi dari HCl kuat. Ion klorida
membentuk endapan dengan ion-ion Ag+, Pb+, dan Hg+, berperan
sebagai ligan dalam pembentuka kompleks yang diamati melalui
perubahan warna dan melarutnya endapan atau padatan.
III. Alat dan Bahan
1. Alat :
- Pipet tetes
- Rak tabung reaksi
- Gelas ukur
- Tabung reaksi
2. Bahan :
- NaCl 0,1 M
- AgNO3 0,1
M
- NH3 6M
- CuSO4 0,1
M
- Lakmus merah biru
- NaOCl 5% ( baycline)
- NaOH 6 M
- KI 0,1 M
- KBr 0,1 M
- n-heksana atau
petroleum eter
- HCl pekat
IV. Cara kerja
V. Hasil Pengamatan
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang sifat-sifat dari senyawa klorin.
Bahan-bahan yang digunakan adalah NaCl, NaOCl, dan HCl sebagai sampel.
Percobaan pertama adalah kelarutan dan stabilitas garam klorida, dengan
mereaksikan antara NaCl dengan AgNO3. Secara Teori terbentuk endapan
putih AgCl yang seperti dadih. Endapan tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam amonia encer dan dalam larutan – larutan kalium sianida dan tiosulfat,.
Setalah itu diteteskan kembali NH3 dan endapan dadih putih menjadi
larut dan terbentuk gas Cl2 dan setelah ditambahkan HNO3
endapan menjadi hilang dan keadaan asam membuat suhu larutan menjadi naik dan
terjadi reaksi eksoterm (suhu meningkat). Namun dalam praktikum yang dilakukan
endapan tidak larut dalam amonia maupun dalam asam nitrat.
NaCl +
AgNO3 è NaNO3 + ↓AgCl
AgCl ↓ +
2NH3 → [Ag(NH3)2]+ + Cl-
[Ag(NH3)2]+
+ Cl- + 2H+ → AgCl ↓ + 2NH4+
Pada
percobaan yang kedua adalah pembentukan kompleks logam transisi dengan ion Cl-.
Ion Cl- dapat membentuk kompleks logam transisi. Ion kompleks
memiliki ion logam dengan jumlah tertentu molekul-molekul atau ion-ion yang
mengelilinginya. Asam adalah akseptor electron molekul yang dapat menerima
electron dan basa adalah molekul yang memberikan electron. Pencampuran CuSO4
dengan HCl terjadi perubahan warna menjadi warna hijau tua, dan setelah
ditambahkan aquades, terdapat dua lapisan yang berwarna hijau dan bening. Hal
ini disebabkan karena CuSO4 sendiri dapat bereaksi dengan HCl
membentuk asam sulfat dan tembaga diklorida sebagai hasil sampingnya. Asam
sulfat inilah yang menyebabkan warna berubah menjadi hijau muda. Setelah
ditambahkan kembali dengan aquadest (reaksi hidrolisis) warna berubah menjadi
ke warna sebelumnya yaitu hijau bening. Hal ini disebabkan ketika asam sulfat
dan tembaga diklorida ditambahkan dengan aquadest dapat membentuk tembaga
sulfat kembali dengan asam klorida dan molekul air sebagai produk sampingnya.
Sedangkan pencampuran AgNO3 dengan HCl terbentuk endapan putih
dadih. Ketika ditambahkan aquadest endapan tetap tidak larut.
H2SO4(aq) +
CuCl2(aq) + H2O è CuSO4(aq) + 2HCl(aq) + H2O(aq)
AgNO3
+ HCl è AgCl↓ + HNO3
Percobaan yang ketiga adalah tes lakmus. Hal ini menunjukkan bahwa NaOCl adalah
larutan yang bersifat basa, karena mampu mempertahankan lakmus biru tetap biru
namun dapat merubah lakmus merah menjadi lakmus biru.
Percobaan
keempat, adalah reaksi dengan AgNO3. Hasilnya ketika NaOCl
ditambahkan AgNO3 terbentuk endapan berwarna putih dan reaksi
berlangsung secara eksoterm karena pada dinding tabung reaksi terasa panas dan
terdapat gelembung gas. Gas yang terbentuk adalah gas oksigen dari reaksi AgNO3
dengan NaOCl. Sedangkan saat tabung yang berisikan NaOH, direaksikan
dengan AgNO3 terbentuk endapan abu abu kecoklatan dengan warna
larutan yang coklat dan setelah direaksikan dengan HNO3 endapan
menjadi hitam larutan berwarna coklat ke abu abuan dan disertai dengan
bertambahanya suhu larutan.
2NaOCl
+ 2AgNO3 → 2AgCl↓ + 2NaNO3 + O2
2HNO3
+ NaOCl + AgNO3 → AgCl + NaNO3 + H2O
NaOH
+ AgNO3 → AgOH + NaNO3
Dan
percobaan yang terakhir adalah daya oksidasi ion ClO- dengan
menggunakan KBr, KI dan C6H12. Ion ClO-
memiliki daya oksidasi yang besar karena merupakan oksidator kuat yang dapat
larut dalam air dingin. Reaksi antara KI dengan NaOCl membentuk larutan
berwarna kuning disertai dengan adanya cincin merah muda diatasnya, cincin pink
merupakan hasil oksidasi antara KI dan NaOCl dan n-heksana berguna sebagai
media oksidasi. Reaksi antara KBr dengan NaOCl menghasilkan larutan berwarna
bening dengan cincin, hal ini terjadi karena daya oksidasi Br dan Cl hamper
sama (tidak mengalami perubahan yang signifikan). Pada reaksi KI dan n-heksana
dan diteteskan dengan HCl, reaksi membentuk larutan dengan 3 lapisan, yaitu
ungu, hitam dan bening dibagian bawah. Dan pada reaksi KBr dengan n-heksana dan
diteteskan HCl, reaksi membentuk 2 lapisan warna larutan. Larutan berwarna
bening dan cincin kuning Penambahan HCl menyebabkan BR teroksidasi karena
suasana berubah menjadi asam,sehingga daya oksidasi Cl meningkat.
VII. Kesimpulan
- Natrium Hipoklorit (NaOCl)
bersifat basa.
- Pembentukan perbedaan lapisan
dalam larutan hasil reaksi disebabkan oleh perbedaan kepolaran, dan berat jenis
tiap komponen larutan.
- Pembentukan logam kompleks klor
ditandai dengan perubahan warna.
VIII. Daftar Pustaka
> Chalid, Sri
Yadial.2011.Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah
> Vogel bag-1.1985.Buku teks
analisis anorganik kualitatif. Jakarta : PT. Kalman media pusaka
> http://tunasalamuin.blogspot.com/view/classic
diakses pada tanggal 9 oktober 2012 pukul 11:00 WIB
Pertanyaan
1. Tuliskan contoh-contoh senyawa
klor dengan bilangan oksidasi Cl (-1, 0, +1, +3, +4, +5, +7) dan sebutkan
kegunaannya (jika ada)!
2. Bagaimana cara membuat larutan
pemutih NaOCl secara komersial? Tuliskan reaksinya!
3. Bagaimana caranya zat pemutih
dapat membuat pakaian menjadi kelihatan lebih putih?
Jawaban
1.
biloks
|
senyawa klor
|
Kegunaan
|
-1
|
NaCl
|
sebagai Bahan Tambahan Pangan
|
0
|
Cl2
|
untuk sanitasi, pemutihan kertas
|
1
|
NaOCl
|
Pemutih
|
5
|
NaOCl3
|
untuk membuat klorin dioksida
|
7
|
NaOCl4
|
sebagai campuran bom / peledak
|
2.
Larutan pemutih dapat dibuat dengan mereaksikan NaOH dengan gas klor (Cl2),
gas klor dilewatkan kedalam larutan dingin NaOH encer pada suhu dibawah 40O
C, jika suhu lebih dari 40O C maka akan terbentuk natrium klorat
(NaClO3).
2NaOH
+ Cl2 ---> NaCl + NaOCl + H2O
3.
Zat pemutih bekerja dengan dua cara, yaitu: Mengubah molekul menjadi zat yang
tidak mengandung kromofor atau masih mengandung kromofor yang tidak menyerap
cahaya visible dengan cara memutuskan ikatan kimia kromofor oleh pemutih yang
bersifat oksidator. Mengubah ikatan rangkap pada kromofor menjadi ikatan tunggal
oleh pemutih yang bersifat reduktor. Pemutusan ikatan rangkap ini dapat
megurangi kemampuan kromofor untuk menyerap sinar visible.
GAMBAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar